Friday, December 18, 2009

Terobosan baru alat pendeteksi getaran tsunami

Universitas Indonesia (UI) telah berhasil menciptakan sebuah alat baru pendeteksi getaran tsunami. Selain akan sanggup memberikan peringatan tsunami kepada penduduk secara lebih cepat, biaya pembuatan maupun perawatan alat ini juga jauh lebih murah.

Penemuan alat ini diungkapkan oleh Devi Rahmawati, Corporate Communications UI, yang ditemui Waspada Online dalam acara Pameran Pendidikan Nasional, di gedung Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas), Jakarta, Senin (10/8).

Menurut Devi, alat yang diciptakan oleh Dr. Arman Djohan dari Jurusan Teknik Elektro UI tersebut akan sanggup memberi peringatan bahaya tsunami kepada masyarakat secara lebih cepat, sehingga, masyarakat memiliki waktu hingga 4 jam untuk bersiap-siap menghadapi bahaya tsunami.

“Alat deteksi model lama hanya sanggup memberi peringatan awal kepada penduduk hingga 2 jam, penduduk hanya punya waktu 2 jam untuk bersiap-siap, tapi dengan alat yang kami ciptakan ini, penduduk akan punya waktu hingga 4 jam, sehingga potensi jumlah korban atau kerusakan akibat tsunami juga dapat diminimalisir,” ungkap Devi, yang dalam acara pameran di atas juga bertugas sebagai penanggung jawab stand UI.

Secara keseluruhan, alat deteksi tsunami yang diciptakan oleh UI ini berbentuk mirip dengan bola plastik serta dirancang sebagai alat yang dapat diapungkan di atas permukaan laut (buoy).

Alat deteksi tsunami dari UI ini dirancang dengan teknik statistik yang disebut sebagai Hidden Markov Model (HMM). Proses kerja alat ini adalah sebagai berikut: Ketika terjadi getaran tsunami, buoy yang terletak di atas permukaan laut akan langsung mendeteksi getaran tersebut dan mengirim citranya ke satelit pemantau yang ada di luar angkasa. Citra tersebut akan dikirim oleh satelit itu sendiri ke lembaga-lembaga pengawas bahaya tsunami, dapat berupa BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), dinas kelautan, dinas kependudukan, ataupun instansi-instansi lain yang terkait dengan penanganan bencana alam.

Selain sanggup memberi peringatan secara lebih dini, pembuatan alat deteksi getaran tsunami yang diciptakan UI juga tidak akan menghabiskan biaya yang besar serta dapat diletakkan penduduk di permukaaan laut yang dekat dengan pulau tempat tinggal mereka, berbeda dengan alat pendeteksi lama yang harus diletakkan di dasar laut.

“Alat deteksi tsunami model lama sensornya harus ditanam di dasar laut, di kedalaman sekitar 5 hingga 10 kilometer. Bayangkan saja, hanya untuk menaruhnya saja jelas sudah akan butuh resource dan dana yang tinggi. Tapi dengan alat baru yang dicipkan UI ini, buoy akan dapat diletakkan cukup di atas permukaan pantai yang dekat dengan tempat penduduk, pemeliharaan jadi lebih mudah dan lebih murah juga,” jelas Devi.

No comments: